Dua Puluh Dua



Diantara beberapa yang singgah,
selalu ada satu yang disayangkan.

Berandai-andai...
Kalau saja dulu aku berjuang sedikit lebih keras.
Kalau saja dulu aku mau berdarah sedikit lebih deras.
Mungkin hadirmu tak hanya tinggal bekas.

Berpikir akan menetap?
Mengingatku saja kamu tidak sempat.

Jangan janji.
Jika akhirnya menyerah saat diuji.

Aku pun salah.
Karena selalu marah.
Saat jalan kita tidak searah.

Perpisahan adalah konsekuensi.
Perbedaan kita tak dapat ditoleransi.
Bersatu dalam dua keyakinan hanyalah cerita fiksi.

Teruntuk kamu,
yang menemaniku hingga bulan ke tujuh,
dan pergi dikala jiwa sedang rapuh:

Semoga kamu selalu bahagia.


R. Marliyana.

Comments

Popular Posts